Wednesday, August 24, 2011

Resensi Buku Minhat al Hamid Syarah Jauharoh al Tauhid (منحة الحميد علي شرح جوهرة التوحيد)





Judul                : منحة الحميد علي شرح جوهرة التوحيد /Minhatul Hamid ‘ala syarhi Jauharotut Tauhid
Penulis             : Ust. Qoimuddin
Penerbit           : Ponpes Darul Lughah wad Da’wah
Tebal               : 351 Halaman




Diskusi Ilmiah Seputar Akidah
Seiring dengan maraknya trend gaya hidup hedonis di akhir zaman ini, penyakit apriori terhadap nilai-nilai agama yang menimpa sebagian besar manusia sudah mencapai strata akut. Sementara itu agama Islam tiada henti-hentinya menerima serangan rudal-rudal imprealisme dari  musuh-musuhnya. Berbagai sektor ajaran Islampun tak luput dari incaran mereka. Tak ayal, dalam tempo yang relatif singkat, seorang yang tadinya muslim telah berganti identitas menjadi kafir. Yang sangat memprihatinkan, fenomena transformasi identitas ini terjadi dengan begitu halus tanpa disadari oleh para pelakunya. Realita ini sekaligus menjadi justifikasi terhadap sabda Rasulullah saw
 يصبح الرجل مؤمنا و يمسى كافرا
ketika itu seorang yang mu’min di pagi hari menjadi kafir di sore hari.
Teologi, ilmu ketuhanan atau konsep ketuhanan serta ideologi merupakan aspek yang paling rentan mendapat serangan. Hal ini tak lain karena keduanya merupakan fondasi yang menjadi motor penggerak segala aktivitas seseorang. Aspek yang termasuk dalam diskursus ilmu akidah ini merupakan neraca sekaligus filter yang mampu melakukan seleksi terhadap faham, ideologi, serta pemikiran lain yang juga hidup berdampingan. Jika fondasi ini telah terkikis atau samasekali habis, seseorang sudah tidak lagi memiliki media untuk menilai, menimbang, apalagi menyeleksi faham lain yang mengitarinya.
Rupanya hal inilah yang mengetuk hati ustadz Qoimuddin, ketua selaligus penanggung jawab Qismu Tarbiyah di Pondok pesantren Darul Lughah wad Da’wah untuk ikut memberikan andil dalam melindungi kemurnian akidah Islam dari berbagai serangan ideologi yang saat ini sedang gencar-gencarnya. Tak cukup hanya dengan kuliah yang beliau sampaikan terhadap kader-kader ulama (baca : santri), beliau juga menulis sebuah kitab dalam wacana teologis yang berjudul Minhatul Hamid yang merupakan komentar dari nadzom Jauharotut Tauhid karangan Syekh Ibrohim Al Laqoni (w. 1041 H).
            Secara garis besar kitab ini mengklasifikasi pembahasan ilmu tauhid menjadi empat kategori. Yaitu uluhiyyat, nubuwwat, sam’iyyat, dan ruhaniyyat. Sementara Kajian utama kitab ini tak lepas dari dua topik penting bagi umat Islam, yaitu akidah (teologis) dan tasawwuf (akhlak).
            Kajian dimulai dengan prolog berupa dasar-dasar ilmu tauhid dan hal-hal transendental yang wajib diketahui dan diimani oleh setiap orang. Seperti Definisi ilmu tauhid, objek pembahasan,serta hal-hal yang berhubungan dengan ma’rifat Allah ta’ala, hukum iman seorang muqollid, masa fatroh serta bentuk implikatifnya.
            Dalam konteks kekinian, muatan-muatan yang tersaji dalam beberapa sub pokok bahasan dalam kitab ini lebih diarahkan pada rehabilitasi akidah. Implikasinya, kitab ini memiliki konsep pembahasan dan argumentasi yang agak berbeda dengan kitab-kitab yang senafas dengannya.
            Dari sisi pembahasan, kitab ini tidak menerapkan konsep studi komparatif  seperti kebanyakan ulama dalam kitab-kitab mereka.  Jika kita menelaah karangan ulama-ulama ketika menyinggung masalah teologis, baik klasik maupun kontemporer semisal Usul fiqh Islami karangan Dr. Wahbah Az Zuhaili dan Rawai’ul bayan karangan Dr. Ali Ash Shobuni, kita akan menemukan komparasi berbagai  sekte ideologi dalam Islam seperti Asy’ariah, mu’tazilah dan maturidiyyah. Penulis lebih memfokuskan kajian pada madzhab asy’ariah yang merupakan madzhab tauhid dengan kuantitas penganut tebesar.
            Sedangkan dari sisi argumentasi, penulis cenderung menggunakan dalil naqli dan sedikit sekali menggunakan dalil aqli (rasio). Kalaupun ada, hanya pada beberapa masalah yang mengharuskan menggunakan rasio. Berbeda dengan pendahulunya semisal Hasyiyah Sanusi yang banyak sekali menggunakan rasio sebagai tendensi. Hal ini dikarenakan kitab-kitab teologi terdahulu lebih diorientasikan untuk mempertahankan ideology asy’arisme serta membantah ideologi-ideologi lain, khususnya mu’tazilah, yang telah terkontaminasi oleh kesesatan sebagian filsafat yang terus menyerang asy’arisme.
            Dari sisi metodologi penyusunan, kitab ini memiliki karakteristik yang mirip dengan kitab Al Ajwibah Al Gholiyah karangan Al Habib Zein bin Ibrohim bin Smith. Konsep Tanya jawab yang diterapkan memiliki nilai plus tersendiri dalam memudahkan orang-orang yang mengkaji kitab ini. Pertanyaan-pertanyaan seputar teologi disusun dengan rapi dan dijawab dengan sajian dalil-dalil yang  ilmiah-argumentatif dari alqur’an maupun hadis. Kerangka penulisannya memiliki peta yang jelas,terarah dan sistematis. Konsep seperti ini justru menepis statement  Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam karyanya Iljamul ‘Awam, yang intinya melarang orang untuk menanyakan tentang hal-hal transendental karena dunia akidah adalah area rawan yang tidak semua orang bisa melaluinya, sedangkan orang awam tidak akan pernah faham.
            Kitab ini juga memiliki kajian khusus tentang beberapa kerancuan (syubuhat) yang sering dilontarkan rival-rival ahlus sunnah, baik intern agama maupun antar agama. Hal ini akan membantu pengkaji kitab ini dalam membantah tuduhan-tuduhan sarkastis yang acapkali dilontarkan untuk mengotori maupun melemahkan keyakinan umat Islam terhadap ahlus sunnah. Kolaborasi dalil yang dikemas dengan metodologi yang tepat membuat argumentasi penulis begitu kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
            Sayangnya, meskipun argumentasi yang dilontarkan oleh penulis bersifat argumentatif-referentif, penulis tidak langsung mencantumkan referensinya dalam bentuk footnote seperti kebanyakan penulis kontemporer. Hal ini akan menyulitkan pengkaji kitab ini untuk mereferensi kitab ini dan melakukan kajian lebih lanjut. Meskipun begitu, di akhir kitab ini penulis mencantumkan 56 referensi primer maupun sekunder dalam daftar pustaka. Meski  tentunya tidak mudah untuk mengkaji referensi tersebut satu-persatu terutama bagi pemula, mengingat sebagiannya adalah kitab-kitab tebal yang berjilid-jilid.
            ‘Ala kulli hal, kitab ini tidak hanya wajib dibaca, baik oleh kalangan intelektual atau orang awam. Namun juga sebagai jawaban atas obsesi rival-rival ahlus sunnah yang sering mengusik keimanan kita dan mewaspadai berbagai macam aliran yang tidak sesuai dengan faham ahlus sunnah wal jama’ah. Buku ini teramat penting dimiliki, sebagai benteng akidah dari berbagai fitnah ahli bid’ah yang banyak muncul di akhir zaman dengan bahasa yag ringan dan mudah difahami.



3 komentar:

please send your comment to me...this is will make my blog better.