Komunitas Blogger

Komunitas blogger

El Bashiroh

Majalah El Bashiroh

موقف وسطى تجاه الإنترنت

موقف وسطي تجاه الإنترنت

Thursday, July 16, 2015

Khutbah Idul Fitri 1, Manifestasi Syukur di Hari Fitri dan Pentingnya Silaturrahmi

Saudara kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah ta’ala, taqwa dalam arti menjalankan segala perintahNya, dan menjauhi segala larangannya.
Ramadhan telah lalu meninggalkan kita, bersama dengan malam-malam indahnya yang penuh berkah dengan shalat tarawih bersama, siang-siang yang penuh rahmat karena kaum muslimin serempak menahan hawa nafsunya dengan berpuasa, dilipatgandakan nilai pahala ibadahnya, puasa dalam arti bukan saja menahan nafsu makan dan minum, namun juga nafsu untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah ta’ala, seperti berdusta, menggunjing orang lain, menghasud, dengki, berburuk sangka dan berbagai maksiat lainnya. Di bulan itu pula kita telah berhasil memperbanyak amal saleh, bertadarrus membaca al Qur’an, bershodaqoh, shalat malam, dan lain sebagainya. Mudah-mudahan Allah ta’ala menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang pantas untuk masuk ke dalam surganya melalui pintu ar Rayyan, pintu khusus bagi orang-orang yang berpuasa, serta menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan mengampuni dosa-dosa kita.
Di hari raya Idul Fitri ini, sungguh kita benar-benar berada dalam karunia dan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang amat besar, karena saat ini, kita dikumpulkan oleh Allah ta’ala di tempat ini dengan tujuan menggapai kemuliaan di hadapan Allah ta’ala, sudah sepantasnyalah, kita selaku kaum muslimin berbahagia dengan datangnya hari ini, karena hari ‘id merupakan hari kemenangan dan kesenangan bagi kaum muslimin, kesenangan kaum muslimin di dunia adalah ketika telah sempurna melaksanakan perintah Allah ta’al, ibadah yang semata-mata dikerjakan karena kesadaran kita sebagai hamba Allah, serta keimanan kita akan janji-janji dan ancamanNya, Allah ta’ala berfirman:
قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون (يونس 58)
Namun perlu diketahui, bahwasanya ekspresi senang bagi kaum muslim bukanlah dengan melampiaskan hawa nafsu dengan berfoya-for a dan sejensinya, bukan pula dengan berkeliling kota membuat kegaduahan dan mengganggu masyarakat, namun ekspresi senang bagi seorang muslim adalah dengan melaksanakan perintah Allah ta’ala, dengan bertakbir selama malam hari raya, menjamu tamu-tamu yang datang berkunjung, serta berbagai amal ibadah lainnya, kalaupun seorang muslim melakukan refreshing atau mencari hiburan sekedarnya, maka hal tersebut dibarengi dengan niat menghilangkan jenuh agar bisa kembali beribadah dengan giat kepada Allah ta’ala, adapun jika kesenangan tersebut dieskpresikan dengan hal-hal yang dimurkai oleh Allah ta’ala, maka hal tersebut merupakan kufur nikmat terhadap Allah ta’ala.
Allahu akbar 3X
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Sudah kita ketahui bersama bahwasanya setiap rahmat dan anungrah menuntut rasa syukur kita kepada Allah ta’ala berikut tindakannya. Dengan syukur inilah, Allah ta’ala telah menjanjikan kita tambahan nikmat yang telah ia karuniakan kepada kita. Allah ta’ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم 7)
Kaum muslimin rahimakumullah
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama, bahwasanya syukur menurut bahasa adalah memuji, semalam tadi kita telah bersama-sama memuji Allah ta’ala, saling bersahutan dengan takbir menyambut hari yang fitri ini, sedangkan syukur menurut istilah syara’ lebih spesifik lagi, para ulama termasuk diantaranya al Syekh Nawawi Banten dalam kitab beliau nurudz dzolam syarah ‘Aqidatul awwam mendefiniskan syukur sebagai
صرف العبد جميع ما أنعم الله به عليه إلى ما خلق لأجله
Yaitu perbuatan seorang hamba yang memanifestasikan apa yang dikaruniakan oleh Allah ta’ala kepada apa yang seharusnya menjadi tujuan dari diciptakannya nikmat tersebut, jadi syukur menurut istilah syariat tidak cukup hanya dengan mengucapkan hamdalah atau takbir semata di lisan, namun lebih dari itu harus dibuktikan dengan tindakan nyata.
Sebagai syukur kita terhadap diri kita yang telah diciptakan oleh Allah ta’ala, kita berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Zakat fitrah dikeluarkan sebagai syarat diterimanya  media penyucian diri kita, setelah sebelumnya kita berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صوم شهر رمضان معلق بين السماء والأرض ولا يرفع إلا بزكاة الفطر
Bahwasanya puasa bulan Ramadhan masih terkatung antara langit dan bumi, dan tidak akan naik sampai dibayarkan zakat fitrah. Zakat fitrah utamanya diberikan kepada orang fakir miskin, sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap mereka, agar dihari yang berbahagia ini mereka dapat merasakan nikmatnya makanan pokok yang biasa kita konsumsi sehari-harinya.
Kaum muslimin rahimakumullah
Diantara nikmat yang patut kita syukuri pula, bahwasanya dalam tradisi kita, hari idul fitri merupakan momen untuk saling berkunjung dan bersilaturrahmi, saling bermaaf-maafan diantara sesama, sebuah pemandangan yang turu menambah nilai eksotis hari idul fitri ini, dalam hal silaturrahmi ini, diriwayatkan bahwasanya Rasulullah salllallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثلاث من كن فيه حاسبه الله حسابا يسيرا وأدخله الجنة برحمته قالوا : وما هن يانبي الله بأبي أنت وأمي ؟ قال : تعطي من حرمك وتصل من قطعك وتعفو عمن ظلمك فإذا فعلت ذلك فإنه يدخلك الجنة برحمته.
Artinya: Ada tiga perkara, barang siapa mau mengamalkannya niscaya Allah akan menghisabnya dengan hisab yang ringan dan memasukkannya ke dalam surge dengan rahmatNya. Para sahabat lalu bertanya: “Apakah perkara tiga itu wahai Rasulullah?” beliau lalu bersabda:” (Yaitu) kamu mau memberi kepada orang yang tidak pernah memberimu, dan kamu mau menyambung tali persaudaraan dengan orang yang memutusnya dari kamu, dan kamu mau memberi maaf kepada orang yang telah menganiayamu. Apabila kamu telah berbuat seperti itu, niscaya Allah ta’ala akan memasukkanmu ke surga dengan rahmatNya.
Allahu akbar 3XX walillahilhamd
Kaum muslimin yang berbahagia
Untuk melengkapi apa yang pernah kita lakukan dalam tradisi yang mulia ini, maka perlu dikukuhkan makna bahwa silaturrahmi adalah menghadirkan makna kerinduan dan kasih saying diantara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekedar basa basi dzahir, hanya saling mengunjungi belumlah sampai kepada esensi dari silaturrahmi. Silaturrahmi hendaknya mendekatkan hati seseorang dengan yang lainnya, mendekatkan orang yang saling bermusuhan menjadi saling menyayangi, yang saling dendam menjadi saling merelakan. Pertemuan itu bukan jaminan bersambungnya hati, akan tetapi ternyata silaturrahmi yang sesungguhnya adalah seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah salllallahu ‘alaihi wasallam :
لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا ولا تؤمنوا حتى تحابوا
Artinya: “Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman, dan kalian tidak akan benar-benar beriman sampai kalian saling mengasihi
Saling mengasihi itulah yang menghantarkan keindahan di hadapan Allah ta’ala, yang sering berziarah ke sana kemari jika tidak menghadirkan makna cinta kasih tersebut adalah pekerjaan sia-sia. Maka harus ditekankan bahwa ziarah yang kita lakukan secara lahir ada buahnya, yaitu bertemunya hati dan saling mengasihi, tandanya adalah mudah memaafkan saudara kita, ikut merasakan sakit yang mereka rasakan, dan merasa senang atas kegembiraan mereka.
Yang perlu diperhatikan lagi, hal yang terpenting dalam silaturrahmi adalah menyambun kembali silaturrahmi yang terputus. Interaksi yang sempat merenggang karena dipicu oleh berbagai hal, silaturrahmi inilah yang dijanjikan dalam agama dengan ganjaran yang amat besar, serta ancaman yang luar biasa jika dilalaikan. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah salllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ليس الواصل بالمكافئ، ولكن الواصل الذي إذا قطعت رحمه وصلها
Bukanlah menyambung persaudaraan itu membalas kebaikan seseorang, akan tetapi yang dimaksud menyambung silaturrahmmi itu adalah jika hubungannya diputus ia menyambungnya.
Sebaliknya, ancaman dari melalaikan esensi dari silaturrahmi adalah dilaknat oleh Allah ta’ala, sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (23) (محمد 22)
Artinya:
……………..
Laknat dari Allah ta’ala berarti dijauhkan dari rahmatNya yang amat luas. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah